Setelah saya bertemu dengan Pak Bejo, saya merasa iba dan kasihan. Saya sadar ternyata kehidupan Pak Bejo tidak seberuntung kehidupan yang saya alami. Bahwa masih banyak orang di luar sana yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kehidupan mereka, yang salah satunya adalah Pak Bejo, sedangkan saya dapat hidup berkecukupan di sini. Dengan upah bekerja yang menurut saya sangatlah sedikit jika harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, seorang istri dan tiga orang anak, ia tetap harus survive dan maju dalam menjalani kehidupannya. Apalagi, tidak setiap saat dia mendapatkan order untuk bekerja. Pasti berat rasanya menjalani kehidupan seperti itu. Saya tidak dapat membayangkan jka saya berada dalam posisi Pak Bejo. Bahkan dengan kehidupan saya yang sekarang ini saja banyak keluhan yang keluar dari mulut saya.
Hati saya merasa tersentuh, melihat Pak Bejo yang dalam kesulitannya tidak pernah putus asa. Bahkan dalam kesulitannya tersebut, tawa lebar dan senyum manis sering sekali tertoreh di wajahnya. Prinsip hidupnya yang mengutamakan kejujuran dan kerja keras serta bertanggung jawab sungguh membuat saya kagum. Padahal, tidak sedikit orang yang walaupun sudah berkecukupan masih saja melakukan tindak kecurangan, korupsi dan sebagainya. Saya melihat sifat yang mulia dalam diri Pak Bejo, yang mungkin tidak semua orang miliki dalam diri masing-masing. Kesederhanaan yang Pak Bejo alami yang tidak pernah membuat dia putus asa, benar-benar membuka mata saya untuk lebih menghargai hidup.
Setelah bertemu dengan Pak Bejo, mata saya sungguh terbuka, dan saya sadar bahwa saya sangatlah beruntung dengan kehidupan saya yang sekarang. Melalui refleksi ini saya semakin menyadari bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Walaupun dalam keadaan sulit sekali pun, Tuhan akan tetap mendampingi kita, seperti halnya Tuhan mendampingi Pak Bejo dalam kesulitannya.
Friday, April 25, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment