Orang yang saya wawancara adalah Pak Sutadi atau yang akrab dipanggil Pak Tadi.Beliau merupakan hansip di lingkungan RT/RW saya,di wilayah Kartini X.Setiap hari saya pasti melihat dia yang berbaju dinas hijau,entah saat pergi sekolah,pulang sekolah,atau pulang dari jalan-jalan.
Sampai kemarin,saya belum mengetahui namanya.
]
Saya baru sadar,kalau saya ini kurang perhatian dengan orang-orang sekitar saya.Saya terlalu sibuk dengan diri saya sendiri.Hati saya pun cukup mencelos setelah mengetahui lebih dalam mengenai kehidupannya lewat wawancara singkat sehubungan dengan tugas religiositas ini,terutama tentang jumlah pendapatannya.Rp 150.000,00 per bulan dari Pak RW untuk menghidupi satu keluarga dengan empat orang anak.Kalau buat saya,uang sejumlah itu tidak cukup untuk uang jajan saya satu bulan.Padahal uang jajan saya juga tidak saya gunakan secara efektif,untuk beli majalah,jajan,atau pernak-pernik di mal atau benda-benda kurang penting lain yg 'terbeli' karena lapar mata.Seringnya saya terjebak,tergoda.Padahal seharusnya saya "membeli yang penting,bukan yang penting beli."
Kerja Pak Tadi pun tak mudah,di usianya yang sudah senja,ia masih harus menjadi hansip,padahal ia sudah menggeluti pekerjaan itu sejak tahun '80 an.Setiap hari harus siaga selama 24 jam.Kalau saya,saya mungkin akan mengeluh,menggerutu karena bosan.Pak Tadi pun mengatakan,kalau di usianya yang sudah tua ini sebenarnya ia ingin mendapat usaha yang lain, tapi keadaan memaksa, maka ia harus tetap menjalani pekerjaannya sekarang. Namun hal positif yang dapat saya ambil ialah biarpun mungkin ia jenuh akan pekerjaannya,ia tetap menjalankan tugasnya sebagai hansip semaksimal mungkin,semampu yang ia bisa.
Ternyata saya ini terlalu banyak mengeluh,padahal banyak yang bisa saya syukuri.Saya masih bisa mendapatkan pendidikan layak,rumah layak,tidur di tempat yang layak,tidak pernah mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan makan.Saya lebih banyak iri hati,padahal banyak sekali ternyata hal-hal kecil yang bisa saya syukuri.Dan kalau saya mencatat hal-hal yang dapat saya syukuri setiap harinya hidup saya bisa lebih bahagia.Sudah lama saya mengetahui bahwa hidup itu bisa menjadi lebih bahagia apabila kita mensyukuri semua yang diberikan Tuhan,entah dari kotbah di gereja,bacaan rohani,bahkan dari refleksi religiositas mingguan yang kelompok saya pernah ]buat (!).Tapi mungkin ini memang sifat dasar manusia,sering lupa,lupa untuk bersyukur tepatnya.
Maka dengan tulisan refleksi ini,saya mau mempunyai niat baru untuk lebih mensyukuri hidup ini,mau mengingatkan diri saya kembali agar bersyukur setiap saat,saya yakin Tuhan mengharapkan anak-anaknya untuk dapat melakukan itu.Saya juga mau agar saya tidak gampang mengeluh,dengan segala kesulitan yang akan saya hadapi setiap harinya.Agar saya mencontoh Pak Tadi yang tekun dengan pekerjaannya,kesulitannya,tapi tetap menjalani harinya dengan senyum,dan tidak menghalalkan cara jahat untuk mendapatkan uang.Yang saya pelajari dari ketekunan Pak Tadi adalah lebih baik miskin materi daripada miskin kepribadian.
Semoga niat-niat yang saya tuliskan di blog ini tidak menjadi tulisan belaka dan dapat saya wujudkan.
Aminnn.
No comments:
Post a Comment