Friday, April 25, 2008

Keteguhan Hati


keterangan: Dysa tidak ada dalam foto karena Dysa yang mengambil fotonya.


Keteguhan Hati
Kisah seorang ibu yang berjuang melawan nasib untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

Selasa, 22 April 2008

Seperti hari-hari biasanya, pagi ini cahaya matahari bersinar cukup terang. Tetapi sungguh disayangkan, pagi hari yang indah ini harus kami isi dengan mengerjakan tugas religiositas. Tapi tak mengapa, demi guru yang memberikan tugas ini dan demi nilai, kami rela bangun pagi. Dysa dan Feli pun berencana untuk bertemu di dunkin donuts pukul 7 pagi. Ternyata, secara tidak disangka-sangka, kami melihat penampakan dua makhluk yang tidak asing lagi. Ya, mereka adalah Tika dan Clarissa. Kami pun sepakat untuk berburu nara sumber bersama mereka karena ,jujur, kami tidak punya nyali untuk menghadapi nara sumber hanya berdua. Perburuan pun dimulai.

Sasaran pertama, pedagang yang sedang mangkal di dekat tempat penjualan karcis parkir kantor pos.

T : Eh, gimana kalo yang itu tuh.
C, D, F : HAH?
F : Buset tik, tampangnya sangar.
C : Serem ah.
D : Cari yang lain yuk!

Baik, sasaran pertama tidak berhasil kami wawancarai karena nyali kami sudah ciut sebelum berperang.

Kami pun berkeliling sekitar kantor pos dan melihat seorang penjual minuman sedang duduk menjaga dagangannya. Kami pun mendekati bapak tersebut.

C, D, F, T : permisi pak.
B : ada apa ya?
F : boleh kami wawancara sebentar, Pak?
B : aduh, duh gimana ya de?
D: Pertanyaannya gak susah kok pak.
B: ya udah deh.
C : Nama bapak siapa, asalnya dari mana,Pak?
B : aduh duh. Gak jadi deh de. Saya mah gak biasa ditanya-tanyain kayak
begitu.
C, D, F, T : oooohh...
F : ya udah pak, makasih ya…

Sasaran kedua pun gagal kami wawancarai. Kali ini karena kami ditolak. Hati pun sedih. Langit tiba-tiba menjadi mendung dan rintik hujan mulai turun. Kami pun kembali ke arah kantor pos.

Dalam perjalanan ke dunkin donuts, kami melihat kembali sasaran pertama kami. Pedagang penjual kartu pos dan permen yang kami anggap bermuka sangar. Dengan mengumpulkan keberanian, kami hampiri ibu tersebut.

C : permisi bu, boleh kami wawancara?
I : buat apa ya de?
F : buat tugas sekolah bu
D : pertanyaannya gampang kok bu
I : oh ya udah.

YES! Kami pun bertemu dengan ibu beruntung yang bersedia diwawancarai oleh kami. Wawancara pun di mulai.

Untuk mempermudah, kami menggunakan handphone untuk merekam wawancara kami.

DF : nama ibu siapa bu?
I : Maria Ulfa
DF : lahirnya di Jakarta bu?
I : bukan, di kampung, di Surabaya, Lamongan
DF : Terus kenapa Ibu pindah ke Jakarta?
I : Yaaaa, saya nyari nafkah di sini
DF : hooo.

Wah ternyata ibu tersebut jauh-jauh datang dari Surabaya ke Jakarta untuk mencari nafkah!

DF: Ibu udah menikah?
I : udah
DF : punya anak?
I : punya anak, 3
DF : udah nikah?
I : yang satu udah, yang 2 belum
DF : waah, udah punya cucu dong?
I : udah, 2
DF : waahhh..


I : masih sekolah satu

DF : anaknya?
I : iya

Dipikir-pikir, hebat juga ya ibu penjual perangko dan permen ini. Ia bisa menyekolahkan ketiga anaknya walaupun dengan segala keterbatasannya.

Kami pun semakin semangat mewawancarai ibu Maria Ulfa.

DF : ibu sekarang tinggal di mana bu?
I : di itu, jalan dokter wahidin 2
DF : terus, ibu kerja di sini udah berapa lama?
I : uuuu udah lama. Udah mulai tahun 80 berapa gt.
Sbelum anak saya yang kecil lahir.
DF : kenapa ibu mutusin bwt milih berdagang ini bu?
I : yaa dulunya bapaknya yang mulai dagang di sini.
DF : oooh
I : saya mah tinggal nerusin.

Loh, tapi kok kami tidak melihat bapaknya ya? Ke manakah si bapak? Kami pun berusaha mengorek informasi.

DF : ibu maaf ya bu, emangnya bapaknya ke mana bu?
I : bapaknya udah meninggal
DF : maaf bu
I : ah, gpp

Oops! Kami jadi tidak enak. Ternyata ibu ini adalah seorang janda dengan 3 anak. Kekaguman serta rasa penasaran kami makin bertambah setelah mengetahui kenyataan tersebut.

DF : oh bu, ehmm aga-aga, pertanyaannya mungkin agak menyakiti, maaf ya bu.
I : gpp
DF : kalau ga mau dijawab juga gpp bu. Ibu ngerjain ini,.kira2 cukup ga bu..
I : ga cukup.
DF : jadi, ga cukup?
I : ga cukup

Waduh, jujur sekali ya ibu ini. Tapi hati nurani kami mulai terusik. Lalu, bagaimana ia bisa menutupi kekurangan biaya hidupnya?

DF : terus untuk menutupinya dari mana?
I : kan kadang anak saya ngojek,. Jadi kadang saya dikasih
Kalo ga punya duit gitu, minta (sama anaknya) atau buat bayar sekolah adiknya. Atau kadang adiknya dikasih bantuan dari kantor pos

Wow! Ternyata kantor pos memberi bantuan kepada si ibu. Baik juga ya pihak kantor pos.

DF : ohh dikasih?
I : jadi anak asuh
DF : ooooh…
Sebulan dapet berapa bantuannya?
I : satu semester dikasih 300, ya kekurangannya dari saya sendiri yang nambahin.SPPnya aja 125.
DF : sebulan?
I : belom lagi ongkosnya, berangkat sekolah 7ribu
DF : yaaah mahal di ongkos
I : nah iaaa. Nah terus buat uang sehari”nya…??! Orang jualan gini aja 150 ga dapet sehari. jam segini (skitar jam 11an) aja, paling baru dapet 25
DF : sehari 25?
I : satu hari ga sampe 150, kadang yaa 125, kadang bisa 100
DF : tapi, balik modal kan bu?
I : yaa nanti kalo belanja yaa sedapetnya,. Kalo ga ada gt, ya belii.
Ini nih gara-gara benda ini (sambil menunjuk handphone) jualan saya jadi tidak laku.

Kami jadi ikut merasa prihatin.

DF : ibu ga mencoba bwt cari kerja lain bu?
I : haha gak
DF : ga terpikirkan bu?
I : gak, udah ini ajalah.
DF : udah enak ya bu?
I : ini juga anaknya mau lulus yang satu yang kecil.
DF : emangnya anaknya sekolah di mana bu?
I : SMK 3
Ini. Lagi ujian ini..

DF : ohh, ujian nasional?
ga kuliah bu anaknya?
I : aaaaah kuliah biaya dari mana
DF : dari 3 anak ibu ada yang kuliah?
I : ga ada
DF : ooh, tpi lulus sma?
I : stm

(langit sedang mendung)

DF : mm, bu. Kalo ujan gimana bu?
I : saya berteduh di bawah tenda kecil. Paling nutupin diri ama plastik.
DF : oohh.. Kalo ada petir gimana bu?
I : ya saya lari-larian.


Kami pun menyudahi wawancara kami dengan membeli beberapa butir permen yang dijual. Jujur, inilah pertama kalinya kami mewawancarai kaum miskin. Ternyata hidup mereka lebih sulit dari yang kami kira.

Kami berempat kembali ke dunkin donuts. Beberapa saat kemudian, kami menyadari bahwa kami belum berfoto bersama ibu tersebut. Akhirnya kami kembali ke tempat ibu tersebut berjualan. Tetapi tiba-tiba.....

TO BE CONTINUED

Karangan ini sengaja dibuat untuk memenuhi tugas religiositas

Dysa (x6/10) dan Felicia (x6/12)


Terima kasih kepada bu cecil yang sudah memberikan tugas ini sehingga kami belajar untuk dapat lebih peduli pada sesama dan terima kasih juga telah memaksa kami untuk bangun pagi di liburan ini. :D


No comments: