P : Pemulung
R : Risa (24)
Y : Yosephine (31)
Di hari yang panas, matahari telah menunjukkan kekuatannya. Kami bertemu dengan lelaki tua dengan letih mengais-ngais sampah. Ya, dia adalah seorang pemulung. Lalu kami coba mendekatinya dan bertanya sedikit tentang kesehariannya.
Y : Selamat pagi, Pak. Kami dari SMA Santa Ursula mendapat tugas untuk
mewawancarai orang yang kurang mampu. Apa boleh kami mewawancarai Anda?
P : Ya, boleh.
R : Namanya siapa, Pak?
P : Haris.
Y : Tanggal lahirnya kapan, Pak?
P : 9 Desember 1973.
R : Tempat tinggalnya di mana, Pak?
P : Ga punya.
Y : Lho, Bapak tidur di mana?
P : Saya tidur di bawah jembatan pakai koran.
R : Punya anak dan istri, Pak?
P : Punya.
Y : Berapa, Pak?
P : Satu anak, satu istri.
R : Mereka tinggal di mana, Pak? Bareng Bapak juga di kolong jembatan?
P : Nggak. Mereka tinggal di kampung.
Y : Kenapa Bapak nggak tinggal di kampung juga?
P : Saya ingin mengadu nasib di Jakarta.
R : Anak istri Bapak tahu tidak Bapak menjadi pemulung?
P : Nggak.
Y : Lalu mereka tahunya Bapak kerja apa di Jakarta?
P : Jadi kuli bangunan.
R : Kenapa Bapak bilang ke keluarga Bapak kalau Bapak kuli bangunan?
P : Mmm.. Supaya mereka ga khawatir dengan keadaan saya di Jakarta.
Y : Lalu Bapak suka telepon ke kampung nggak?
P : Tidak pernah.
Y : Udah berapa lama Pak kerja jadi pemulung?
P : Dua bulan.
R : Kenapa mau jadi pemulung, Pak?
P : Karena kerja susah. Ijazah ga punya. Jadi bisanya cuma kerja kayak gini.
Y : Memangnya Bapak mulung apa saja?
P : Aqua gelas dan botol.
R : Sehari bisa dapat berapa kilo?
P : 5 kilo.
Y : Satu kilonya berapa, Pak?
P : Tiga setengah. (Rp 3.500,00)
R : Jadi, pendapatan Bapak per hari berapa kalau boleh tahu?
P : Ga tentu. Biasanya sepuluh ribu.
Y : Itu pendapatan kotor atau pendapatan bersih?
P : Kotor.
R : Kalau bersihnya berapa?
P : Enam ribu.
Y : Pendapatan seperti itu cukup ga untuk kebutuhan Bapak sehari-hari?
P : Kalau cuma makan sih cukup.
R : Memang pengeluaran Bapak sehari-hari apa saja?
P : Hanya untuk makan.
Y : Pendapatan seperti itu ada sisa untuk ditabung tidak, Pak?
P : Tidak.
R : Lalu anak istri Bapak makan dari mana?
P : Orang tua saya bertani. Jadi mereka diurus oleh orang tua saya.
Y : Jadi, uangnya untuk Bapak sendiri?
P : Nggak. Saya mengirim uang dua atau tiga bulan sekali.
R : Kalau boleh tahu, berapa uang yang Bapak kirim?
P : Ga tentu. Tapi biasanya dua ratus ribu.
Y : Lho, uangnya dari mana? Bukannya tadi Bapak bilang uangnya hanya cukup untuk
makan?
P : Saya kerja sambilan juga. Kalau sampah lagi banyak di Matraman, saya jadi tukang
sampah.
R : Oh, jadi Bapak kerja sambilan juga. Lalu berapa pendapatan dari kerja sambilan itu?
P : Ya, kalau sampahnya lagi banyak, bisa sampai tiga puluh atau empat puluh ribu.
Y : Bisa nabung ga dari pendapatan kerja sambilan itu?
P : Bisa, dua puluh ribu per hari kalau sampahnya lagi banyak.
R : Kalau boleh tahu, Bapak makan apa sehari-hari?
P : Di warteg.
Y : Menunya apa , Pak?
P : Nasi, tempe, sayur.
R : Nggak pakai daging? Kuat, Pak? Bapak kan kerjanya berat.
P : Ya, kuat-kuatin.
Y : Bapak sehari makan berapa kali?
P : Kalau barangnya lagi dikit, saya makan sekali sehari. Kalau lagi banyak, bisa sampai tiga kali sehari.
R : Bapak mandi dan mencuci pakaian di mana?
P : Mandi di kali. Kalau pakaian dikasih orang.
R : Baju Bapak ada berapa?
P : Dua.
Y : Celananya juga dua?
P : Nggak, cuma satu.
R : Kalau pakaian dalam?
P : Cuma satu juga.
R : Bapak punya keluarga tidak di Jakarta?
P : Nggak.
Y : Lalu, Bapak tinggal di kolong jembatan sama siapa?
P : Sendiri.
R : Bapak mulung mulai dari jam berapa?
P : Jam tiga pagi saya udah mulai mulung.
Y : Pulangnya jam berapa, Pak?
P : Jam satu pagi.
R : Hah?? Ga capek, Pak? Bapak mulung ke daerah mana aja?
P : Dari Senen sampai Pondok Kopi.
Y : Naik apa?
P : Jalan kaki.
R : Setiap hari, Pak?
P : Iya, setiap hari.
Y : Bisa cerita ga, Pak, suka dukanya jadi pemulung?
P : Pernah saya diusir dan ditangkap dua kali sama tramtib. Kadang saya cari uang untuk makan aja susah.
R : Dipenjara, Pak? Di mana? Berapa lama?
P : Saya dipenjara 20 hari di Kedoya.
Y : Kalau Bapak punya uang, tabungan Bapak mau dibeliin apa?
P : Saya ingin pulang kampung dan membantu orang miskin dan pesantren yang ada di
kampung.
R : Ada pesan ga, Pak, buat saudara Bapak di kampung?
P : Jangan pergi ke Jakarta, di kampung aja bertani.
Y : Apa pendapat Bapak dnagn biaya yang semakin mahal?
P : Kalau boleh harga-harga diturunin.
R : Oh, makasih, Pak atas waktunya. Maaf menganggu.
Y : Makasih sekali lagi ya, Pak. Boleh foto dulu, Pak?
P : Oh, iya. Boleh, boleh.
R & Y : Makasih, Pak. Selamat pagi.
No comments:
Post a Comment