Kerja Keras, Semangat Hidup, Pantang Menyerah, Bersyukur dan Memberi
Mewawancarai orang miskin. Tugas langka yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Jujur, saya cukup kaget mengetahui bahwa tugas yang harus saya laksanakan kali ini adalah mewawancarai kaum miskin. Awalnya saya merasa bingung harus mewawancarai siapa. Tapi setelah saya membuka mata, saya salah, ternyata saya tidak perlu bingung lagi. Terlalu banyak nara sumber yang pantas untuk saya wawancarai. Ya, mereka-mereka yang berbaju lusuh dengan tubuh kurus dan merekalah kaum yang selalu kesulitan untuk mendapatkan sesuap nasi.
Saya dan partner saya, Felicia Tantiana, akhirnya memutuskan untuk mewawancarai pedagang di sekitar kantor pos. Saat berkeliling mencari nara sumber, saya menyadari bahwa cukup banyak pedagang-pedagang kecil yang menjajakan barang dagangannya. Rasa prihatin pun mulai muncul.
Kami pun memutuskan untuk mewawancarai Ibu Maria Ulfa, pedagang penjual kartu pos dan permen yang berada di sekitar kantor pos. Setelah kami mewawancarai cukup jauh, ternyata Ibu tersebut adalah janda dengan 3 orang anak. Dan ketiga anaknya bisa bersekolah walaupun hanya sampai bangku SMA. Waw! Decak kagum pun terlontar dari mulut saya. Bayangkan, sorang penjual kartu pos dan permen bisa menyekolahkan anaknya sampai lulus SMA (walaupun ada bantuan dari pihak kantor pos yang mengangkat anaknya sebagai anak asuh). Anak Ibu tersebut tidak dapat melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi karena adanya masalah ekonomi. Kembali lagi pada masalah kemiskinan.
Semakin jauh pembicaraan, semakin terlihat pula kesulitan Ibu Maria. Terlihat jelas dari cara dia menceritakan serta ekspresinya yang cukup menggebu-gebu.
Waw. Tidak saya sangka, wawancara ini pun berhasil menggugah hati saya. Saya berasal dari keluarga yang dapat mencukupi kebutuhan hidup. Tapi terkadang saya begitu egois. Saya menginginkan yang terbaik. Ingin hp baru, tas dan baju bagus. Tapi orang tua saya selalu mengajarkan saya untuk hidup sederhana. Dengan wawancara, saya sekarang jadi bisa sedikit merasakan susahnya jadi orang tak mampu.
Dari pengalaman nyata saya mewawancarai orang miskin, pelajaran berharga pun dapat saya ambil. Kerja keras dan semangat untuk hidup serta pantang menyerah. Mungkin itulah yang Ibu Maria terapkan dalam hidupnya. Saya pun akan menerapkan sikap tersebut dalam diri saya, baik sebagai anak maupun pelajar.
Mensyukuri hidup juga menjadi salah satu hal penting yang harus saya terapkan. Ternyata keadaan saya jauh lebih baik dari mereka-mereka yang kesulitan di luar sana. Mungkin lebih baik memberi pada mereka yang membutuhkan dari pada menghamburkan uang untuk memenuhi nafsu yang ada pada diri kita.
Banyak memberi banyak menuai. Itulah yang selalu diajarkan oleh orang tua saya. Jangan takut untuk memberi karena Allah di surga akan membalasnya berkali-kali lipat.
Benar-benar pelajaran yang berharga. :)
No comments:
Post a Comment