Saturday, April 26, 2008

Perjuangan tak terbayangkan

WAWANCARA DALAM BENTUK NARASI

Pak Zay, begitulah ia menyebutkan namanya. Sebagai pedagang koran dan majalah di daerah Pademangan, Pak Zay telah mulai bekerja dari jam 6 pagi sampai dengan jam 12 malam. Ia hanya beristirahat saat perlu makan dan menunaikan ibadah sholat dari durasi jam kerjanya yang luar biasa itu.
Dengan keluarga yang tinggal di Jakarta , ia mengaku bahwa uang yang didapatnya dari pekerjaan itu sangat pas-pasan untuk menghidupi istri dan seorang putranya yang masih bersekolah di SMPN 23. Barang-barang dagangannya ada yang diantarkan dan ada yang diambil dari agen yang berlokasi di Senen. Bapak yang lahir di Jakarta pada 20 Maret 1971 ini mengaku ia mampu terus menjalankan pekerjaannya karena hobinya membaca. Keuntungan yang pas-pasan tidak begitu dipedulikan Pak Zay asal ia masih bisa terus membaca. Pak Zay mengaku ia lulus SD saja tidak. Setelah berdagang selama kurang lebih 25 tahun ini Pak Zay masih belum juga mengalami peningkatan standar hidup, keadaan ekonominya kini diperparah dengan melonjaknya harga barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dipicu oleh naiknya harga minyak.
Sungguh, dari pekerjaan dengan durasi dan aktivitas yang sungguh melelahkan itu menurut kami tidak sebanding dengan keuntungan yang ia peroleh. Tapi ketika ditanya suka dan duka selama menjadi pedagang koran dan majalah, Pak Zay tertawa lalu menjawab, “Yah, paling dukanya kalau lagi sepi, tapi ah, saya bekerja suka terus aja lah! Nggak ada yang saya anggap duka.”
Ketika ditanya harapan dan cita-cita, ia menjawab lugas: “Saya kepengen anak saya jadi sukses. Berhasil gitu sekolahnya.” Lalu kami pun mengucapkan terima kasih dan berfoto di bawah rintik hujan(bukan bermaksud melebih-lebihkan, ini emang lagi gerimis gitu lho…) Sungguh sebuah optimisme dari profesi yang terpinggirkan.


No comments: