Thursday, April 24, 2008

Refleksi Pribadi Religiositas : Kemiskinan Seorang Tua, Tak Menghalanginya untuk Maju Terus

Pada hari senin, tanggal 21 April 2008, saya beserta kelompok saya pergi ke pasar baru untuk melakukan wawancara terhadap seorang Bapak tua yang bekerja sebagai penjual uang lama. Namanya adalah Bapak Arifin. Saat mendengar segala ceritanya, tentang bagaimana Bapak Arifin bertahan hidup, cara memenuhi kebutuhan sehari-harinya, dan segala keringatnya, saya pribadi merasa sangat prihatin dengan keadaan ini.

Selama ini, saya hidup berkecukupan, dengan berbagai makanan yang dapat saya nikmati, baju yang layak dan baru yang dapat saya pakai, dan juga rumah yang nyaman, sebagai pelindung dan sebagai tempat saya untuk beristirahat. Semua itu diberikan oleh Tuhan sejak saya lahir. Seringkali saya merasa tidak puas dengan apa yang telah saya miliki, dan satu hal konyol yang selalu membuat saya tidak puas adalah, iri hati.

Saya seringkali iri melihat teman saya yang mempunyai sesuatu yang lebih dari apa yang saya miliki. Misalnya, jika teman saya mempunyai baju baru, maka saya akan tergoda untuk membeli baju baru juga, padahal baju saya masih banyak yang layak dipakai. Atau, saya terkadang iri jika melihat teman saya memiliki handphone model terbaru. Seringkali saya merengek kepada kedua oragntua saya untuk dibelikan handphone yang sedemikian rupa sehingga status sosial saya dapat naik di masyarakat.

Namun, setelah bertemu dengan Bapak Arifin, saya merasa bahwa, apa yang dimiliki bapak itu tidak seberapa dengan apa yang saya miliki.saya merasa sangat malu, ketika Bapak Arifin menyebutkan penghasilannya sehari-hari yang hanya cukup untuk makan. Makanannya juga sangat sederhana, hanya sekedar tempe, tahu, atau sayuran. Baju yang Bapak Arifin kenakan juga sangat sederhana. Selama ini saya selalu melihat orang-orang yang lebih di atas saya, namun tidak pernah melihat kesusahan orang lain yang hidupnya jauh lebih menderita di bawah saya. Saya merengek minta dibelikan sesuatu yang baru lagi dan lagi. Padahal, belum tentu Bapak Arifin dapat membeli baju baru untuk jangka waktu yang cukup lama. Bapak Arifin juga belum tentu mendapatkan penghasilan untuk mencukupi kebutuhannya, karena para kolektor uang lama tidak mungkin datang setiap hari untuk membeli di tempat yang sama bukan?

Melihat hal ini, saya amat sangat bersyukur kepada Tuhan, karena saya belum mengalami perjuangan yang amat keras dalam hidup. Seringkali, saya mengeluh untuk hal yang sebenarnya tidak terlalu berat. Misalnya, mengeluh karena banyak ulangan, malas kursus ini kursus itu, atau marah karena tidak diperbolehkan pergi bersama teman. Semua itu saya anggap sebagai masalah yang berat bagi saya. Namun, jika dibandingkan dengan Bapak Arifin, masalah saya hanyalah satu bagian dari ribuan kisah perjuangan yang harus Bapak Arifin alami. Saya juga sering menghabiskan uang untuk sesuatu yang sebenarnya tidak penting. Setelah habis, saya meminta uang lagi kepada orangtua saya. Lalu menggunakannya lagi dan begitu seterusnya. Apa yang telah saya lakukan, Tuhan? Menghabiskan uang yang seharusnya dapat dipakai untuk membeli makanan sehari-hari? Apakah ini satu-satunya jalan untuk bahagia? Saya rasa tidak. Dengan cerita perjuangan bapak tadi, saya merasa menjadi orang berdosa yang sering menghabiskan uang untuk membeli suatu barang yang sebenarnya belum diperlukan. Tapi, sekarang saya mengerti secara langsung, bagaimana susahnya hidup, susahnya mencari uang, tidak semudah menghabiskan uang itu sendiri.

Semua masalah dalam hidup adalah cobaan dari Tuhan. Dan apapun cobaan itu, harus kita jalani dan hadapi tanpa mengeluh. Masih banyak orang lain yang ternyata jauh lebih menderita di bawah kita. Sudah sepantasnyalah kita menerima semuanya dengan lapang dada dan ikhlas dan percaya kepada Tuhan bahwa Dia akan selalu berada di sisi kita untuk menuntun kita dalam setiap langkah saya.

Saat ini, mata hati saya mulai terbuka. Terbuka untuk melihat keberadaan orang lain yang ternyata jauh lebih susah di bawah kita. Saya juga harus mencoba untuk mengatasi semua masalah yang saya alami. Saya mau berubah, saya mau menjadi orang yang lebih baik. Saya ingin mensyukuri anugerah Tuhan yang telah Dia berikan pada saya sehingga saya dapat hidup layak tanpa kekurangan. Tuhan, tolong bantu saya menghadapi semua permasalahan hidup ini, Tuhan. Saya tau, saya tidak bisa apa-apa, karena semuanya adalah kehendakMu. Hidup yang sekarang dan masa depan, semuanya adalah rencanaMu. Oleh sebab itu, apapun masalah yang akan saya hadapi, semuanya akan saya hadapi dengan berserah padaMu, ya Tuhan Yesus Kristus.


(oleh : Isabella X6-14)

No comments: